Penyebab kegagalan bisnis bisa disimpulkan karena sering “ngebut di awal, tumbang di akhir.” Semangat yang tinggi lama-lama runtuh karena munculnya masalah yang sebenarnya bisa dihindari.
Contohnya, banyak pemilik usaha kuliner yang tidak sadar pentingnya riset pasar sebelum jualan dan memahami cara mengatur cash flow agar tidak kehabisan dana.
Ada juga yang buru-buru tambah karyawan tanpa memperhitungkan biaya operasional. Jika tidak diatasi dengan baik, masalah tersebut bisa bikin bisnis mandek dan tutup.
Kalau Anda serius ingin bisnis tetap jalan, baca sampai habis faktor kegagalan bisnis berikut ini dan cara yang tepat untuk menghindarinya.
Daftar Isi
Penyebab Kegagalan Bisnis Kuliner dan Cara Mengatasinya
Tidak Ada Kebutuhan Pasar yang Cukup
Cash Flow Bermasalah
Over-Hiring dan Biaya Overhead Tinggi
Manajemen dan Kepemimpinan Kacau
Kurangnya Inovasi
Keliru Mengatur Harga
Penyebab Kegagalan Bisnis Kuliner dan Cara Mengatasinya
Setiap bisnis pasti punya tantangan, namun jangan sampai usaha tutup karena masalah kecil yang bertumpuk dan dibiarkan saja. Yuk, pelajari penyebab dan cara untuk mengatasinya.
1. Tidak Ada Kebutuhan Pasar yang Cukup
Salah satu penyebab kegagalan usaha terbesar adalah produk yang tidak sesuai kebutuhan pasar. Jika tidak ada permintaan, maka tidak akan terjadi penjualan.
Makanya, Anda harus memastikan dulu kalau produk yang ingin dibuat benar-benar dibutuhkan oleh target pasar.
Jangan sekadar jualan makanan atau minuman yang Anda rasa banyak orang akan suka, tapi tidak cek seberapa tinggi peluang “banyak orang” akan tertarik untuk coba dan beli.
Riset sederhana mampu mencegah hal ini, dengan melakukan pencarian data, survei, dan observasi area sekitar bisnis Anda.
Lihat tren makanan apa yang lagi populer di internet dan media sosial. Cari data yang bisa mendukung keputusan Anda untuk jualan.
Perlu diingat untuk tidak sekadar ikut tren atau mengandalkan intuisi semata. Anda harus cek apakah lokasi jualan yang diinginkan memang punya pelanggan potensial.
Tanya ke tetangga, teman, kolega, atau pengikut di media sosial jika Anda ingin mengincar pasar lokal saja.
Anda juga dapat melihat bagaimana kompetitor yang sama menyajikan produk mereka, dan bagaimana karakter pelanggan yang datang dan beli produk tersebut.
2. Cash Flow Bermasalah
Cash flow (arus kas) menunjukkan seberapa banyak uang yang diterima dari sumber pendapatan bisnis dan seberapa banyak yang dikeluarkan untuk biaya operasional.
Nah, cash flow yang tidak lancar akan membuat semua urusan jadi ribet. Masalah umum yang sering dihadapi adalah adanya perbedaan besar antara pemasukan dan pengeluaran.
Banyak pengusaha, terutama yang baru mulai, mencampur uang bisnis dengan uang pribadi karena mereka merasa, “Ini kan usaha saya, jadi uangnya juga uang saya.”
Padahal, bercampurnya uang bisnis dan pribadi hanya akan membuat Anda bingung sendiri ketika mau hitung seberapa banyak dana yang tersedia untuk operasional bisnis bulan depan.
Ada juga yang terlalu gencar memberikan banyak diskon dan promosi hingga keuntungan tipis, walaupun biaya operasional tetap tinggi.
Solusinya? Rencanakan anggaran secara detail dan pantau cash flow setiap hari. Pastikan Anda punya laporan yang mencatat rincian uang masuk dan keluar.
Lalu, sisihkan sebagian keuntungan untuk dana darurat. Kalau ada pengeluaran tak terduga, Anda masih punya pegangan.
3. Over-Hiring dan Biaya Overhead Tinggi
Over-hiring adalah situasi di mana bisnis merekrut terlalu banyak karyawan di awal, padahal jumlahnya belum tentu dibutuhkan.
Di sisi lain, biaya overhead adalah biaya tetap seperti gaji, sewa tempat, listrik, dan peralatan yang terus keluar.
Di bisnis kuliner, over-hiring juga jadi Faktor kegagalan bisnis yang membuat arus kas cepat habis. Jika pelanggan belum terlalu banyak datang, bisa dipastikan beberapa karyawan akan sering nganggur.
Pemasukan belum stabil, tapi Anda tetap harus membayar gaji tetap setiap bulannya. Selain rekrut karyawan, banyak juga yang buru-buru beli alat-alat mahal yang belum dibutuhkan.
Contohnya, langsung beli mesin kopi atau grinder berteknologi tinggi yang sangat makan listrik. Alat yang canggih juga butuh perawatan yang tidak murah. Alhasil, bikin cash flow makin berkurang.
Di awal usaha, lebih baik rekrut karyawan secukupnya dan manfaatkan tenaga yang ada semaksimal mungkin.
Jika pelanggan mulai meningkat dan karyawan lain sudah kewalahan, barulah Anda pertimbangkan untuk menambah staf.
Tidak perlu langsung rekrut full-time, Anda bisa coba part-time atau pakai jasa freelance terlebih dahulu, di mana karyawan hanya dipanggil saat diperlukan saja.
Lalu, jangan terlalu keras kepala ingin punya bisnis yang terlihat “keren” saja. Cek berapa banyak dana yang bisa Anda habiskan untuk beli peralatan dan dekorasi ruangan. Pakai sehemat mungkin.
Dengan begini, Anda dapat menjaga keseimbangan biaya dan pemasukan, sehingga bisnis lebih bisa bertahan.
4. Manajemen dan Kepemimpinan Kacau
Manajemen yang buruk dan kepemimpinan yang kurang matang sering buat bisnis cepat goyah.
Pemimpin yang tidak punya visi jelas atau tidak bisa mengatur tim dengan baik juga akan membuat karyawan bingung dengan apa yang seharusnya mereka lakukan.
Semisal Anda punya stan makanan yang sudah sukses dan ingin buka cabang baru. Tapi, manajemennya ternyata tidak teratur.
Anda juga tidak mengindahkan pentingnya punya dokumentasi yang jelas, seperti SOP, kontrak kerja, panduan training karyawan, panduan promosi, atau bahkan laporan keuangan.
Karyawan jadi tidak tahu apa tugas dan kewajiban mereka, pembagian shift berantakan, atau malah mereka sering telat dapat gaji.
Dan tanpa kepemimpinan yang kuat, tim Anda akan cepat hilang motivasi dan kualitas layanan bisa menurun. Hasilnya? Buat pelanggan kecewa.
Untuk menghindari hal ini, Anda sebagai seorang pemimpin bisnis harus punya keahlian komunikasi yang baik dan bisa memberi arahan yang jelas.
Buat struktur manajemen yang rapi, tentukan peran masing-masing karyawan, dan pantau perkembangan mereka. Cari tahu bagaimana melakukannya di internet atau ikut pelatihan profesional yang bisa membimbing Anda.
Selain itu, Anda juga harus siap belajar lagi dan terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau karyawan, agar bisnis tetap berkembang dengan manajemen yang solid.
5. Kurangnya Inovasi
Ketika Anda terlalu nyaman dengan menu/konsep yang sudah ada dan tidak ingin membuat perubahan, bisnis berisiko kehilangan daya tariknya.
Sebab, pelanggan bisa merasa bosan dan pindah ke tempat lain yang lebih baik. Inovasi di sini tidak selalu berarti perubahan yang besar dan menghabiskan banyak biaya.
Anda bisa mulai dari yang kecil, namun perbedaannya terlihat. Misalnya, Anda punya kafe kecil yang sering dipakai orang buat kerja atau nongkrong lama.
Banyak pelanggan yang suka suasana tempat Anda, tapi mereka juga mengeluh soal WiFi yang lemot dan colokan listrik yang sedikit.
Nah, memperbaiki kecepatan WiFi dan menambah kabel olor bisa jadi inovasi yang pelanggan butuhkan.
Jika perubahan tersebut juga menambah biaya operasional bulanan, Anda bisa mengakalinya dengan menambah menu baru atau pilihan ekstra, seperti topping dan sirup.
Buat paket hemat seperti “Paket Kopi + Camilan” yang harganya lebih murah daripada beli terpisah. Atau, tawarkan ukuran jumbo untuk minuman dengan selisih harga sedikit lebih mahal.
Dengarkan juga pendapat lain dari pelanggan. Siapa tahu mereka punya saran yang cocok untuk bisnis Anda.
6. Keliru Mengatur Harga
Banyak pengusaha baru yang asal menentukan harga tanpa menghitung dengan benar, seringnya karena ingin cepat menarik pelanggan atau takut saingan.
Padahal, pasang harga yang terlalu murah bisa buat bisnis cepat merugi karena pendapatan tidak cukup untuk menutupi biaya bahan baku, gas, listrik, dan lainnya.
Ada juga yang pasang harga terlalu mahal karena merasa menunya spesial dan pakai bahan premium, tapi pelanggan malah pilih tempat lain yang lebih murah.
Biaya produksi jadi lebih besar daripada keuntungan yang didapat. Akhirnya cash flow terganggu dan ini jadi akar penyebab kegagalan bisnis.
Penyebab keliru atur harga ini biasanya karena kurang paham soal biaya operasional dan analisis pasar.
Supaya harga pas dan tetap untung, Anda bisa mulai dengan hitung semua biaya yang dibutuhkan dengan detail.
Catat berapa dana yang habis untuk beli bahan baku, gas, listrik, gaji, sewa tempat/barang, sampai harga kemasan, tisu, dan sedotan.
Lalu, tentukan target keuntungan ingin berapa. Misalnya, Anda ingin untung 40% dari harga jual. Agar penentuan ini tidak asal, lihat bagaimana kompetitor Anda menjual produk serupa.
Setelah menetapkan harga, pantau dulu respon pelanggan. Kalau penjualan menurun atau margin masih kurang, lakukan evaluasi lagi.
Anda juga dapat membuat promo untuk melihat apakah harga terlalu tinggi atau sebaliknya. Sesuaikan sampai bisnis Anda dapat harga yang pas.
Kesimpulan
Itu dia berbagai penyebab kegagalan bisnis kuliner. Memang, menjalankan bisnis itu tidak mudah dan ada banyak hal yang harus Anda perhatikan agar usaha tetap berkembang.
Namun, usahakan Anda tidak asal jalan dan menganggap enteng masalah-masalah di atas, mulai dari riset pasar, mengurus cash flow, sampai mengatur harga yang tepat di kantong pelanggan.
Jangan cepat puas dengan keadaan. Terus dengarkan pendapat karyawan dan pelanggan Anda untuk mencari peluang inovasi dan perbaikan lainnya.
Comentarios